Selasa, 13 Desember 2011

silsilah ilmu keluarga

Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Amangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro



Grat I : BPH. Adiwidjojo
Grat II : PH. Singosari
Grat III : RA. Djojoredjoso
Grat IV : RM. rekso Widjojo
Grat V : R. Bongso Djojo
Grat VI : Djo. Permono
Grat VII : RM. Wongso Widjojo
Grat VIII : Saring Hadi Poernomo ( Guru Besar )
Grat IX : Poerwoto HP dan Budi Santosa HP (Guru Besar-Pewaris)
Grat I, mempunyai saudara BP. Amangkurat Amral
Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi demang Margoyoso

Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan oleh 3 orang puteranya/keturunannya, yaitu :
Gagak Samodra, mendirikan perguruan di Gunung Jeruk (Peg. Menoreh)
Gagak Handoko, mendirikan perguruan di daerah Bagelen, yang akhirnya pindah ke daerah utara P. Jawa.
Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah sekitar Magelang (Jawa Bagian Tengah).
Gagak Handoko mengembara di daerah timur Pulau Jawa melalui/menyelusuri Pantai Selatan hingga sampai di daerah G. kelud dengan tujuan mempelajari dan mengetahui keadaan daerah, disamping itu juga mencari dua saudaranya yang terpisah.

Di dalam pengembaraannya, beliau menyamar sebagai Ki Bagus Kerto.Sebelum beliau mengembara, Perguruan Gagak Handoko yang didirikan di Gunung Jeruk telah berkembang dengan cepat. Dan sepulang dari pengembaraannya, dimana beliau tidak berhasil menemukan dua saudaranya, maka beliau melanjutkan pengembangan perguruan yang telah lama ditinggalkan.Beliau sadar akan usia ketuaannya tang tidak sanggup lagi melanjutkan pengembangannya, maka beliau memberi mandat penuh dan amanat kepada keturunannya yang pada silsilah termasuk dalam Grat V, yaitu R. Bongso Permono ing Ngulakan Wates, untuk melanjutkan perkembangan perguruan. Dan setelah Gagak Handoko menyerahkan tumpuk kepemimpinan perguruan beliau lalu pergi menyepi/bertapa hingga sampai meninggalnya di G. jeruk.

Dalam kepemimpinan R. Bongso Permono, perkembangan perguruan semakin suram/mundur, R. bongso Permono sadar akan keadaan itu. Maka setelah menurunkan ilmunya kepada keturunannya, beliau mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Keturunannya itu bernama R.M. Wongso Widjojo.
Pada masa kepemimpinan R.M. Wongso Widjojo, perguruan juga tidak dapat berkembang seperti yang diharapkan ayahnya, oleh karena tidak mempunyai keturunan, maka beliau mengambil murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu yang bernama R. Saring Siswo Hadi Poernomo. Yang selanjutnya masuk dalam garis keturunan ke VII (Grat VIII).   
 Perlu diketahui pula, bahwa ajaran perguruan tersebut sebenarnya kurang lengkap, maka beliau tidak segera mengembangkan/menurunkan kepada keturunannya, akan tetapi berusaha keras menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut lalu menuangkan dalam gerakan silat dan tenaga tersimpan yang ada di naluri suci. Tidak berhenti di situ saja, beliau juga berusaha mencari kelengkapannya, yaitu dari aliran Gagak Samodra dan Gagak seto. Akan tetapi beliau belum berhasil menemukan langsung, hanya naluri beliau, bahwa dua aliran yang punya materi sama tersebut mengembangkan ilmu di daerah pantai utara P. Jawa dan bagian tengah P. Jawa.. Hasil dari pengembangan ilmu tersebut lalu diturunkan kepada puteranya Mas Poerwoto HP dan adiknya Mas Budi Santosa HP.
Sekitar tahun 1960 Bapak Saring HP aktif membina kedua puteranya yang menguasai ilmu beladiri Mataram yang kemudian dikenal sebagai Merpati Putih, kedua putera sekaligus merupakan pewaris termuda dikenal dengan panggilan Mas Poeng dan Mas Budi.

Pada tahun 1962 kedua putera beliau medapat amanat dari Sang Guru agar ilmu beladiri yang sebelumnya merupakan milik keluarga itu disebarluaskan kepada umum demi kepentingan bangsa. sejak inilah ilmu beladiri Mataram yang kemudian di kenal sebagai Merpati Putih dikenal masyarakat berkat usaha yang keras dan tekun dari kedua putera Sang Guru Saring Hadi poernomo, yang tidak segan-segan turun langsung menangani latihan atau dengan wejangan-wejangan yang pada dasarnya untuk membangkitkan gairah dan perkembangan Merpati Putih.

Tahun 1968 kedua putera Sang Guru sebagai pucuk pimpinan menjadi motor untuk mencoba mengembangkan sayap, terlebih lagi dengan dibentuknya cabang pertama Madiun Jawa Timur. Selanjutnya pihak militer juga mulai ditembus dan berhasil. dari hasil peragaannya mendapat kehormatan melatih seksi I Korem 072 dan Batalyon 403/Diponegoro di Yogyakarta. Ketika itu suasana memasuki era Orde baru.
Pada Tahun 1969 atau tepatnya 2 april 1969 Sang Guru Sarengat Hadipoernomo wafat, Keadaan ini sampai membuat para anak murid yang sedang semangat dalam pengembangan perguruan berduka. Namun diambil hikmahnya oleh para murid sebagai cambuk untuk menggugah perkebangan Merpati Putih menjelang kedewasaannya.
Tahun 1973 melalui perkenalan-perkenalan sebelumnya dengan pihak AKABRI Merpati Putih mendapat undangan untuk diadakan penelitian dari segi-segi yang menyangkut metode latihan yang diselenggarakannya. Penelitian di AKABRI udara ditangani langsung oleh tenaga-tenaga ahli, antara lain Prof. Dr. Achmad Muhammad Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM dibantu beberapa ahli lainnya dari AKABRI udara sendiri. Hasilnya menggembirakan dan ini mendorong pengembangan yang lebih luas wawasan Merpati Putih.
Di ibu kota Jakarta pada tahun 1976 setelah dilakukan pendekatan berhasil mendapat kehormatan melatih para anggota Pasukan Pengawal Presiden (PaspamPres). Tahun 1977 komisariat cabang Jakarta dibentuk. Dan pada tahun inipun Merpati Putih mendapat peluang melatih para anggota Koppasandha di Cijantung sampai para anggota Kopassandha sanggup memperagakan keahliannya pada kemeriahan acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1978. selanjutnya dari tahun ke tahun Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih berkembang di tanah air malahan mendapatkan tempat di berbagai kalangan sebagai salah satu kebudayaan bangsa yang patut dibanggakan.
Sampai saat ini PPS Betako Merpati Putih telah mempunyai Cabang/Calon Cabang di berbagai Propinsi dan tersebar di berbagai kota di Indonesia. 


Filosofi

 Filosofi

  Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih


Lambang Merpati Putih yang diciptakan oleh Bapak Saring mempunyai nilai sastra dan filosofis yang cukup tinggi.
Lambang Merpati Putih dilatarbelakangi telapak tangan diartikan sebagai lambang perdamaian yang sekaligus harus didukung oleh suatu kekuatan.
Sedangkan Merpati Putih, sebuah nama yang mengandung arti luas dan mendalam,kependekan dari "Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening, yang merupakan falsafah Jawa dan secara harafiah dapat diartikan dengan "Mencari sampai mendapatkan tindakan yang benar dalam ketenangan".
Ungkapan tersebut kemudian menjadi dasar filosofis perguruan yang menggambarkan semangat dan dinamika anggota dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Masih banyak yang perlu dipahami oleh anggota dalam kaitannya dengan filosofis perguruan serta hal-hal yang terkandung dalam EMPAT SIKAP, WATAK DAN PERILAKU.
Masih banyak pula yang harus dikerjakan oleh pengurus di seluruh jajaran organisasi agar pengkajian, penghayatan dan pelaksanaannnya dapat memberikan manfaat bagi manusia sesuai dengan yang diamanatkan oleh Sang Guru.
TRI PRASETIA adalah janji yang harus diucapkan oleh setiap anggota yang menunjukkan tekad mereka akan sebuah kesepakatan. Keterikatan dan peran serta baik pribadi maupun bersama dengan anggota lain adalah suatu konsensus, yang meliputi :
1.Taat dan Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.Mengabdi dan berbakti kepada Nusa, Bangsa dan Negara Indonesia
3.Setia dan taat kepada perguruan
Dalam rangka meningkatkan peran serta anggota terhadap misi Merpati Putih serta peran serta perguruan dalam pembinaan dan pengembangan budaya bangsa Indonesia, ditetapkan semboyan yang diharapkan memotivasi perwujudan peran serta tersebut, yaitu : SUMBANGSIHKU TAK SEBERAPA NAMUN KEIKHLASANKU NYATA. Dengan demikian tanggung jawab tersebut tidak hanya berlaku bagi diri pribadi tapi lebih jauh lagi adalah kewajiban perguruan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Amanat Sang Guru
Saat ini aku merasa ada harapan mampu mewariskan ilmu-ilmu yang kumiliki ini kepadamu. Akan tetapi bukan berarti sampai disini saja tujuannya. Dan mulai saat ini pula kita harus memberanikan dari mengamalkan ilmu tersebut demi kepentingan masyarakat banyak. Artinya, ilmu ini tidak hanya diturunkan kepada keluarga saja, melainkan dikembangkan juga untuk kepentingan masyarakat. kembangkanlah untuk kepentingakn Nasional. Amalkan untuk kepentingan Nusa, Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Sebab dengan cara kita berusaha mengembangkan budaya bangsa, sama artinya kita mempertahankan identitas bangsa. Karena budaya adalah salah satu unsur perwujudan kepribadian bangsa. Pencak silat sebagai alah raga bela diri besar manfaat dan faedahnya dalam pembentukan diri dan pribadi.
"Diri melihat bentuk fisik, yang artinya kondisi fisik sehat, sedang pribadi, dilihat dari segi penampilan, sikap budi, yang lebih cenderung disebut sikap mental dan moral"
Empat sikap watak dan prilaku yang menjadi banyak orang belajar pencak silat karena :
1.Akan menumbuhkan rasa jujur dan welas asih.
2.Menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri sebab didasarkan pada kemampuan yang dimikliki diri pribadi.
3.mendalami masalah keserasian dan keselarasan gerak, dan hal ini terwujud dalam sikap serta penampilannya sehari-hari.
4.Menimbulkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.

Tradisi

Tradisi
Tradisi adalah pelestarian sejarah keilmuan Merpati Putih. Tradisi pertama kali dilaksanakan pada tahun 1971 menjelang pergantian tahun baru jawa yaitu menjelang 1 Suro. Kemudian berganti menjadi tanggal 31 Desember menjelang tanggal 1 januari, dan kemudian akhirnya Tradisi kembali ditetapkan pelaksanaannya pada bulan Suro/Muharram.

Prosesi Acara Tradisi

Acara Tradisi diawali pembukaan di alun0-alun selatan dengan acara perguruan kemudian berangkat menuju Parangkusumo salah satu pantai di Yogyakarta. Pelaksanaan Tradisi pertama kali (1971) diberangkatkan dari Bumijo pada pagi hari yang diikuti sekitar 50 orang dari Cabang Yogyakarta sendiri. Perjalanan dari Bumijo-parangkusumo ini ditempuh dengan berjalan kaki pulang pergi. Dalam perjalanan menuju Parangkusumo mereka menyeberangi arus kali Opak karena pada waktu itu belum ada jembatan Kretek
Pada Bulan Desember 1978 dalam perjalanan melewati arus kali Opak yang cukup deras karena musim penghujan Mas Poeng menunjuk lima orang anggota untuk mencari route jalan dalam melintasi kali Opak, tapi menjelang ujung sungai terjadi musibah, 3 dari 5 orang pemandu jalan tersebut terseret arus kali opak. dari ketiga orang tersebut dua orang bisa diselamatkan dan satu orang yaitu Mas Ginanto hilang terseret arus Kali Opak dan tidak dapat diketemukan, meskipun sudah dilakukan pencarian dengan menyusuri kali Opak sampai laut selatan dan menurunkan Marinir Amphibi (KIPAM : Komando Inti Para Amphibi) dari Surabaya dan anggota-anggota RPKAD/KOPASSUS dari Grup II Kartosuro yang kebetulan pada waktu itu ikut acara Tradisi dan dibantu sepenuhnya oleh Tim SAR dan Pencinta Alam DIY. Oleh karena itu dalam acara Tradisi selanjutnya tidak melewati kali Opak dan naik kendaraan dengan memutar melewati jembatan Siluk dan turun di kaki gunung Botak, kemudian berjalan melewati gunung Botak menuju pantai Parangkusumo. Perjalanan melewati gunung Botak ini sebagai pengganti rute perjalanan Yogya-Parangkusumo. Dan dalam acara-acara selanjutnya sebelum melewati gunung Botak selalu diadakan acara Tabur Bunga di Kali Opak guna mengenang Mas Ginanto yang hilang di kali Opak pada waktu itu.
Dalam pelaksanaan Tradisi sekarang, setelah acara pembukaan peserta dibagi menjadi dua. Rombongan pertama terdiri dari Pewaris, Senior dan perwakilan cabang-cabang mengadakan acara Nyekar ke makam Bapak Saring
HP (Sang Guru) dan Ibu Saring HP di Ngulakan Wates, Kulon Progo.
Sedangkan rombongan kedua, Tabur Bunga di kali Opak. Kedua rombongan akhirnya bersama-sama melintasi gunung Botak menuju Parangkusumo. Prosesi selanjutnya setelah sampai di Parangkusumo, seluruh peserta melakukan jamasan dimana tersedia tiga kuali yang berisi air bersih, air merang ketan hitam, dan air bunga. Air merang dimaksudkan sebagai pembersihan diri peserta dan air bunga sebagai pengharum, sehingga dengan berbekal kebersihan diri seluruh peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian acara Tradisi dengan hati, jiwa dan pikiran yang bersih.
 

Acara Inti Tradisi

Tradisi pertama kali dilakukan dengan tiga inti acara yaitu :
1. Menghantar matahari terbenam
* Dengan refleksi dari seluruh peserta Tradisi dimana kita sebagai seorang yang beragama ciptaan Tuhan dengan seiring terbenamnya matahari , seluruh peserta merenung melihat kedalam diri kita kekurangan-kekurangan kita itu seiring dengan terbenamnya matahari serta mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kenikmatan yang telah diberikan-Nya selama satu tahun.
2. Renungan Malam
* Renungan malam dilakukan menjelang tepat pukul 00.00 / tengah malam yang pada intinya yaitu mempersiapkan diri menuju hari yang lebih cerah dengan kebersihan diri.
3. Menyambut Matahari Terbit
* Pada intinya menyambut matahari terbit dimaksudkan sebagai refleksi diri kita untuk dapat menapaki hari esok lebih baik dari hari kemarin. Seiring munculnya matahari dari ufuk timur maka bersama itu pula kita siap menghadapi hari ini dan selanjutnya dengan lebih baik dan bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
 
Acra Tradisi Merpati Putih pertama kali dilakukan yaitu menjelang pergantian tahun baru. Tetapi Tradisi sekarang ini tidak dilakukan pada tangal 1 Suro/ 1 Januari karena kondisi sekarang di Parangkusumo banyak masyarakat pendatang yang memenuhi areal Parangkusumo pada tangal tersebut sehingga bila tetap dilaksanakan pada tanggal tersebut akan mengurangi/mengganggu kenikmatan acara inti tersebut.
Untuk Acara Tradisi sekarang setelah renungan malam acara dilanjutkan dengan perjalanan malam/napak tilas ketujuh tempat, dimaksudkan sebagai uji kesiapan fisik dan mental dari peserta Tradisi dalam menempuh perjalanan yang pernah dilakukan Dewan Guru dan senior . Ketujuh tempat tersebut yaitu :
1. Sawangan/tempuran
2. Papan Suwung
3. Parangkusumo
4. Parangtritis
5. Parangendog
6. Gua Langse
7. Makam Syeh Maulana Maghribi dan syeh Belabelu
Dalam rangkaian menghantar matahari terbenam dan menyambut matahari terbit selalu diawali dengan dan diakhiri dengan Garuda Benteng yang mempunyai maksud membentengi diri kita dari gangguan yang tidak kita inginkan serta faktor-faktor negatif dari alam, karena dalam garuda Benteng tersebut dilakukan di alam terbuka. Disini sebenarnya Garuda benteng sebagai visualisasi doa mohon perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jadi Tradisi intinya melakukan rangkaian ketiga acara tersebut sedangkan acara-acara yang lain adalah sebagai pendukung dari prosesi acara inti tersebut
 

Minum Air 7 Sumber

Air 7 sumber mempunyai rasa dari kandungan yang berbeda-beda dan Gentong yang dipergunakan berasal dari tanah liat yang dikumpulkan dari perwakilan cabang-cabang di seluruh Indonesia yaitu dari Aceh sampai Irian Jaya. Makna yang dapat ditangkap adalah Tradisi merupakan wadah pertemuan bagi seluruh anggota Merpati Putih yang berbeda status, latar belakang budaya dan sebagainya. setelah bertemu di tempat dan waktu yang sama menyatukan hati dan pikiran demi persatuan dan kesatuan yang erat antar anggota Merpati Putih walaupun terpisahkan oleh jarak dan waktu.
Secara ilmiah air dari 7 sumber mengandung bahan-bahan/kandungan mineral yang berbeda maka kandungan tersebut akan saling melengkapi sehinga terpenuhi semua kebutuhan unsur-unsur tubuh demikian pula juga anggota Merpati Putih antara satu dengan yang ain saling mengisi kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga tercipta kesatuan dan kekuatan anggota Merpati Putih.
Angka 7 dalam filosofi jawa, angka ganjil dipakai untuk menggenapi angka ganjil yang lain. Makna yang dapat ditangkap sama pula dengan harapan agar antar anggota Merpati Putih saling melengkapi satu dengan yang lain.

Tinjauan Tradisi dari Sudut keorganisasian

Dilihat dari segi keorganisasian tujuan Tradisi adalah :
1. Pertemuan dan koordinasi Dewan Guru, senior, anggota dan pengurus Merpati Putih yang waktunya sudah ditentukan untuk dapat berkoordinasi antar cabang dan konsultasi keilmuan dengan Dewan Guru, sehingga diharapkan semua Cabang mengirimkan anggotanya atau perwakilannya..
2. Pertemuan dan silaturahmi dari seluruh anggotanya untuk dapat saling kenal dan tukar pengalaman.
3. pelantikan kenaikan tingkat tertentu dan ujian kenaikan tingkat tertentu, latar belakangnya yaitu menjamin persatuan kesatuannya khususnya dimulai tingkat tertentu dan akhirnya terjalin persatuan seluruh anggota.
4. Penyeragaman gerak dari seluruh rangkaian tata gerak yang diajarkan, sehingga secara nasional tidak ada perbedaan yang mendasar dari materi tata gerak.
5. Presentasi perkembangan keilmuan dari ilmu Merpati Putih memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang sehingga bila ada perkembangan dapat diungkapkan dan dikonsultasikan dengan Dewan Guru dalam acara Tradisi.
Seluruh rangkaian acara Tradisi ditutup dengan acara Perguruan yang sebelumnya diawali dengan pelepasan sepasang burung Merpati oleh Dewan Guru.
Sampai beretmu di Acara Tradisi PPS BETAKO MERPATI PUTIH.

Tingkatan di PPs "Betako" Merpati Putih

Tingkat Dasar I

Lama pendidikan ± 6 bulan. Tanda tingkatan berupa ikat pinggang putih dan belum memakai lambang.
Materi pendidikan meliputi teknik beladiri, yaitu : sikap, langkah, gerak dasar, serta rangkaian gerak dasar ditempat, rangkaian gerak pengarahan dan pernafasan.
Materi Ujian meliputi teknik bela diri, sedang ujian tenaga meliputi lari ± 20 km dan pemukulan benda keras ( satu beton, tegel rangkap tiga serta satu es balok ). Dilakukan dalam dua kali nafas.

Tingkat Dasar II
Lama pendidikan ± 6 bulan. Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih dan lambang IPSI di dada.
Pendidikan dan latihan berupa gerak dasar, rangkaian gerak ( gerak ditempat, gerak pengarahan, dan gerak terikat), dasar-dasar perkelahian bebas. Kemudian latihan pernafasan dasar II.
Materi ujian meliputi teknik beladiri, rangkaian gerak dan perkelahian bebas, serta ujian tenaga meliputi lari ± 20 km, memukul dua beton berdiri labil dengan dua kali nafas serta balok es.

Tingkat Balik I
Lama pendidikan juga 6 bulan. Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih pada ikat pinggang tersebut.
Materi latihan terdiri dari teknik bela diri berupa gerak dasar, rangkaian gerak ( pengarahan, terikat, bebas, dan berpasangan ) serta pernafasan Balik I.
Ujian meliputi teknik beladiri berupa rangkaian gerak bebas,dan terikat serta perkelahian bebas.sedangkan ujian tenaga meliputi lari ± 20 km, memukul tiga sasaran balok es, posisi labil dengan sekali nafas.

Tingkat Balik II
Lama pendidikan ± 6 bulan. Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih serta pita warna merah dengan lis hitam pada ikat pinggang tersebut.
Materi pendidikan meliputi teknik bela diri berupa gerak tangan dan kaki, rangkaian gerak terikat, bebas dan berpasangan serta perkelahian bebas, juga pernafasan Balik II.
Materi ujian meliputi teknik beladiri berupa rangkaian gerak serta perkelahian bebas.Sedangkan ujian tenaga meliputi lari ± 20 km, menghancurkan lima sasaran dengan sekali nafas antara lain batu kali dalam posisi stabil.

Tingkat Kombinasi I
Lama pendidikan ± 9 bulan, Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih serta pita warna jingga.
Latihan berupa teknik beladiri meliputi kuncian dan gerakan-gerakan pertahanan.Juga pengulangan rangkaian gerak dari tingkat-tingkat sebelumnya serta perkelahian bebas, serta pernafasan untuk Kombinasi I. Selain itu dipelajari pula getaran pribadi dan pengetahuan tentang syaraf untuk menangani latihan.
Materi ujian meliputi teknik beladiri berupa rangkaian gerak terikat serta perkelahian bebas, juga tangkap kuncian. Sedangkan ujian tenaga meliputi lari ± 20 km, menghancurkan sasaran berupa batu kali posisi stabil serta materi Dasar I sampai Balik II plus batangan pompa dragon.
Tingkat Kombinasi II
Lama pendidikan ± 9 bulan, Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih serta pita warna kuning.
Latihan berupa teknik beladiri meliputi kuncian dan gerakan-gerakan penyerangan.Juga dipelajari rangkaian gerak serta perkelahian bebas. Selain latihan pernafasan dipelajari pula getaran alam.
Materi ujian meliputi teknik beladiri berupa rangkaian gerak terikat serta perkelahian bebas, juga tangkap kuncian. Sedangkan ujian tenaga meliputi lari ± 20 km, menghancurkan sasaran berupa batu kali posisi stabil serta materi Dasar I sampai Kombinasi I juga batangan pompa dragon rangkap dua posisi stabil.Seluruhnya terdiri dari sembilan sasaran.

Tingkat Khusus I ( Tangan )
Lama pendidikan ± 1 tahun, Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih serta pita warna hijau.
Materi latihan berupa teknik beladiri meliputi rangkaian gerak, gerak khusus tangan, mengenal dan menguasai senjata pendek. Lalu latihan pernafasan serta getaran berupa gerak naluri.
Materi ujian selain teknik beladiri, juga berupa pemukulan sasaran-sasaran berupa variasi Dasar I sampai Kombinasi II dan memukul per baja dengan posisis stabil. Seluruhnya ada 9 buah sasaran.
Tingkat Khusus II ( Kaki )
Lama pendidikan ± 1 tahun. Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih serta pita warna biru.
Materi latihan berupa teknik beladiri permainan jarak dekat, mengenal dan menguasai senjata lentur dan panjang. latihan pernafasan serta getaran.
Materi ujian selain teknik beladiri dan tenaga.Pengerahan kekuatan kaki dengan melenting satu setengah kali badan dengan arah ke kiri, kanan, depan dan belakang.
Berbeda dengan Khusus I yang lebih menitik beratkan pada tangan, tingkatan Khusus II ini lebih menitik beratkan pada kemampuan kaki.
Tingkat Khusus III ( Badan )
Lama pendidikan ± 1 tahun. Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih serta pita warna nila.
Tingkat Kesegaran
Lama pendidikan ± 1 tahun. Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih serta pita warna ungu.
Tingkat Inti I
Lama pendidikan ± 1 tahun. Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih serta pita warna putih.
Tingkat Inti II
Lama pendidikan ± 1 tahun. Tanda tingkatan berupa ikat pinggang merah dengan lambang PPs "Betako" Merpati Putih serta pita warna merah putih